Senin, 25 November 2013

Memilih satu diantara beberapa pilihan




Hay kehidupan dunia??
ketika hati ini menyapa
fikiran slalu bertanya-tanya
mengapa kehidupan dunia ini terasa
begitu sulit untuk di jalaninnya
diri ini terasa bimbang dan terombang-ambing
bahkan dalam benak hati ini selalu bertanya
mengapa begitu mudah mendapatkan masalah
namun mengapa begitu sulit menemukan solusinya.
memang benar kehidupan ini begitu nyata
dimana kita akan berpijak dan melangkah
di situlah kita harus memilih
kemana langkah kaki ini akan berpijak
dan kita harus memilih satu tujuan diantara beberapa pilihan

Minggu, 24 November 2013

Penelitian kualitatif


STUDI KELAYAKAN SARANA DAN PRASARANA
LABORATORIUM KOMPUTER DI STEI YOGYAKARTA



Di Susun Oleh:
Siti Husnul Khotimah (11140043)


ISLAMIC BANKING SCHOOL
SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM
YOGYAKARTA
2013

A. Latar Belakang

Di era globalisasi saat ini penyiapan dan peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan suatu masalah yang perlu mendapat perhatian utama, khususnya bagi lembaga-lembaga pendidikan sebagai produsen tenaga kerja. Era globalisasi juga menyebabkan semakin terbukanya untuk bekerjasama, saling mengisi dan melengkapi untuk memperoleh keuntungan bersama. Semua jenis pekerjaan yang tercipta dalam era globalisisai membutuhkan sumber daya manusia yang profesional dalam bidangnya.

Salah satu pokok masalah yang dihadapi bangsa ini dalam era globalisasi adalah kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) yang relatif rendah yang dicermati dari pemilikan latar pendidikannya.

Peningkatan kualitas SDM menjadi perhatian semua pihak, terlebih dalam suasana krisis multidimensi yang terjadi saat ini, masyarakat membutuhkan dukungan berbagai pihak untuk menghadapi persaingan bebas. Untuk itu pendidikan memegang peranan penting bagi peningkatan kualitas sumber daya yang dimiliki. Dalam hal ini para pelaku pembangunan pendidikan berupaya untuk menaikkan derajat mutu pendidikan Indonesia agar dapat bersaing dalam pasar tenaga kerja dengan menyesuaikan pembangunan pendidikan itu sendiri.

Menurut Surya, pendidikan diperlukan untuk meraih kedudukan dan kinerja optimal pada setiap pekerjaan dilakukan. Pendidikan adalah sebuah sistem formal yang mengajarkan tentang pengetahuan, nilai-nilai dan berbagai keterampilan.

Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan salah satunya seperti yang telah dimuat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang di dalamnya mencakup dasar dan tujuan, penyelenggaraan pendidikan termasuk wajib belajar, penjaminan kualitas pendidikan serta peran masyarakat dalam sistem pendidikan nasional. Kebijakan tersebut dibuat untuk menghasilkan Pendidikan Indonesia yang baik dan lulusan berkualitas di sektor jenjang pendidikan.

Salah satu cara menghasilkan tenaga profesional dan mampu mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah dengan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan.

Pengadaan sarana praktik khususnya perangkat komputer yang memenuhi kriteria pemakaian memang merupakan suatu masalah yang besar dalam pengadaan sarana praktik tersebut, dikarenakan untuk memenuhi persyaratan diatas, diperlukan biaya yang cukup besar. Keterbatasan di laboratorium komputer ini jelas menimbulkan kesulitan besar dalam proses belajar mengajar. Dalam mengatasi masalah yang terkait dengan pengadaan sarana pendidikan untuk praktik tersebut maka secara keseluruhan harus diketahui terlebih dahulu tentang masalah yang dihadapi, meliputi: (1) informasi sarana praktik yang ada; (2) informasi sarana praktik yang dibutuhkan ditinjau dari jenis; dan (3) spesifikasi dan jumlahnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terlihat jelas sarana dan prasarana pendidikan khususnya dalam proses mengajar praktik di laboratorium komputer masih menjadi kebutuhan vital yang harus dipenuhi oleh setiap lembaga.

Kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan untuk praktik dimaksudkan sebagai antisipasi dinamika kurikulum maupun tuntutan dunia usaha/industri. Sebaliknya bagi STEI Yogyakarta pemberian sarana dan prasarana praktik dari pemerintah ternyata belum terbebas dari masalah-masalah seperti jadwal pemakaian, biaya operasional, sistem dan biaya perawatan, umur pakai yang relatif pendek maupun jumlah yang terbatas.

Dari uraian yang telah dijelaskan di atas bahwa proses belajar mengajar khususnya praktik komputer Di perguruan tinggi STEI Yogyakarta dengan tujuan yang hendak dicapai ternyata memerlukan banyak dukungan dari berbagai aspek. Sehubungan dengan keaadaan itulah penelitian tentang “Kelayakan Sarana Dan Prasarana Di Laboratorium Praktik Komputer Di perguruan tinggi STEI Yogyakarta”



B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan diatas maka dapat diindentifikasi pokok-pokok masalah antara lain sebagai berikut; (1) Ketersediaannya SDM terdidik dari tingkat SD sampai Universitas belum disertai dengan terserapnya calon pekerja dari sektor pendidikan oleh dunia usaha/industri yang mengakibatkan penambahan jumlah pengangguran setiap tahunnya seiring dengan pertambahan jumlah penduduk; (2) Penyelenggaraan pendidikan secara sepihak sehingga anak didik tertinggal oleh kemajuan dunia usaha/dunia industri; (3) Tidak jelas kompetensi yang dicapai sehingga tidak diakuinya di dunia usaha atau industri keahlian yang diperoleh di bangku sekolah; (4) Kualitas tamatan Di Indonesia masih rendah,termasuk kualitas tamatan perguruan tinggi STEI Yogyakarta yang belum mendapat pekerjaan; (5) Tenaga kerja yang dihasilkan belum mampu melakukan pembaharuan dan penciptaan gagasan baru dalam rangka menciptakan dan memperluas lapangan kerja yang disebabkan adanya kecenderung lulusan yang masih meminta pekerjaan (job seeker) dari pada berinisiatif menciptakan pekerjaan atau kegiatan baru (job creator); (6) Belum dibuat perencanaan kurikulum yang menunjang dengan tujuan STEI itu sendiri yang mengutamakan mata pelajaran yang berkaitan dengan pekerjaan dan lapangan pekerjaan; (7) Belum diterapkan secara menyeluruh oleh pihak perguruan tinggi terkait dengan sarana prasarana laboratorium sebagai salah satu fasilitas penting bagi mahasiswa STEI Yogyakarta.



C. Batasan Masalah

Dari identifikasi yang telah dipaparkan diatas telah terungkap beberapa masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan khususnya STEI. Dengan begitu luas dan kompleksnya permasalahan yang ada di lembaga perguruan tinggi STEI, maka penelitian ini dibatasi pada pokok permasalahan yang menyangkut pada komponen pemenuhan sarana dan prasarana.

Pada pokok batasan masalah ini, permasalahan akan dibatasi pada 5 (lima) aspek, yaitu:

1. Luas Lahan laboratorium computer Di STEI Yogyakarta.

2. Perabot di laboratorium computer Di STEI Yogyakarta.

3. Perangkat Pendidikan di laboratorium computer Di STEI Yogyakarta.

4. Media Pendidikan di laboratorium computer Di STEI Yogyakarta.

5. Perangkat komputer di laboratorium computer Di STEI Yogyakarta.



D. Rumusan Masalah

Dari uraian tentang permasalahan di atas dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tingkat kelayakan sarana di laboratorium computer Di STEI Yogyakarta?

2. Bagaimanakah tingkat kelayakan prasarana di laboratorium computer Di STEI Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kelayakan sarana di laboratorium computer di STEI Yogyakarta

2. Untuk mengetahui kelayakan prasarana di laboratorium computer di STEI Yogyakarta



F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, peneliti mengharapkan sesuatu yang dapat dimanfaatkan tidak hanya untuk satu pihak, namun juga beberapa pihak yang terkait.

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan literatur yang memperkaya khasanah ilmu pengetahuan maupun kajian pustaka serta penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan bidang kependidikan.



2. Manfaat

a) Bagi STEI Yogyakarta

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai informasi dan masukan mengenai sarana dan prasarana laboratorium, sehingga dapat diketahui hal yang perlu dibenahi dan ditingkatkan laboratorium khususnya pada labortarium computer di STEI Yogyakarta.

b) Bagi perguruan Tinggi

Penelitian ini merupakan perwujudan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya bidang penelitian yang hasil penelitian ini digunakan perguruan tinggi sebagai persembahan kepada masyarakat.

c) Mahasiswa

Diharapkan dapat menambah wawasan dan sebagai wahana dalam melatih kemampuan menulis karya tulis ilmiah, disamping itu diharapkan dapat membangkitkan minat mahasiswa lain untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dalam bidang pendidikan.

G. Kajian Pustaka

Adapun kajian pustaka dalam penelitian ini yaitu meliputi deskripsi teori dari penilaian mahasiswa dan mutu (kualitas) laborarurium.

1. Kualitas laboraturium.

Menurut Tampubolon, kualitas adalah paduan sifat-sifat produk yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan langsung atau tak langsung, baik kebutuhan yang dinyatakan maupun yang tersirat, masa kini dan masa depan. Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi kebutuhan pelanggan, sebagai faktor yang terdapat dalam suatu barang atau hasil yang menyebabkan barang tersebut sesuai dengan tujuan keberadaan barang itu.

Laboratorium komputer merupakan salah satu komponen prasarana dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang efektif yang urgensinya sangat dominan dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan pada umumnya yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan mutu lulusan yang optimal.

Tujuan atau peranan laboratorium menurut DEPDIKBUD (1979:7) menjelaskan bahwa laboratorium berfungsi sebagai tempat untuk memecahkan masalah, mendalami suatu fakta, melatih ketrampilan dan berfikir ilmiah, menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah, menemukan masalah baru, dsb.

Selanjutnya terkait dengan hal tersebut diatas STEI Yogyakarta terasa perlu untuk memiliki fasilitas sekolah yang memadai khusunya Laboratorium komputer yang sesuai dengan standar sarana prasarana pendidikan sesuai standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah.



2. Penilaian mahasiwa

Menurut Bambang Marhijanto dalam kamus lengkap bahasa indonesia penilaian adalah taksiran suatu barang, tindakan tingkatan atau ketrampilan (tingkah laku) harga yang tergantung dalam benda. Menurut Philip Kotler, nilai pelanggan adalah selisih antara total customer value atau jumlah nilai bagi pelanggan.

Penilaian merupakan seperangkat kegiatan yang dapat menetukan baik buruknya program-program atau kegiatan-kegiatan organisasi yang sedang dijalankan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.



H. Metode Penelitian

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Berikut teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian Kelayakan Sarana dan Prasarana di Ruang Laboratorium Komputer Di STEI Yogyakarta yaitu:

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Pengumpulan data ini digunakan untuk menjaring data tentang kondisi fisik ruang laboraturium computer Di STEI Yogyakarta, peralatan di ruang laboratorium computer dan laboraturium Bank serta spesifikasi perlengkapan dalam laboraturium.

Wawancara yang digunakan menggunakan teknik wawancara terbuka, dimana responden bebas menjawab sesuai alat pemikirannya. Sebagai sumber data adalah kepala laboratorium dan guru praktik yang mengajar mata pelajaran tersebut.

2. Dokumentasi

Pengertian metode dokumentasi menurut Suharsimi Arikunto (2006: 231) adalah metode dokumentasi digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dsb.

Dalam menggunakan metode dokumentasi ini peneliti memegang check-list untuk mencari variabel yang sudah ditentukan. Apabila terdapat atau muncul veriabel yang dicari, maka peneliti tinggal membutuhkan tanda check atau tally di tempat yang sesuai. Untuk mencatat hal-hal yang bersifat bebas atau belum ditentukan dalam daftar variabel, peneliti dapat menggunakan kalimat bebas.”

Pada penelitian ini dokumentasi digunakan untuk menjaring data yang berkenaan dengan kondisi fisik laboratorium computer, data inventaris peralatan di laboratorium computer, bahan ajar dan jadwal kegiatan pembelajaran dll.

3. Observasi

Observasi dalam penelitian ini merupakan pengamatan secara langsung mengenai kondisi sarana dan prasarana yang ada dilapangan. Adapun hal-hal yang akan diobservasi meliputi: (1) Prasarana laboratorium komputer berupa lahan ruang laboratorium computer; dan (2) Sarana laboratorium computer yang meliputi perabot ruang laboratorium computer, peralatan laboratorium computer, media pembelajaran ruang laboratorium computer, spesifikasi perangkat computer yang ada di ruang laboratorium computer pada program keahlian mahasiswa STEI Yogyakarta.

Observasi digunakan untuk validasi data yang diperoleh melalui dokumentasi. Validasi instrumen penelitian ini dilakukan dengan cara uji validasi oleh para ahli (Judgement Experts). Cara tersebut dilakukan dengan pertimbangan para ahli atau pembimbing untuk mengevaluasi secara sistematik apakah butir-butir instrumen yang ada dapat digunakan untuk menjaring data yang betul-betul diinginkan. 

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2010). Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2010 No. 77/12/Th. XIII, 1 Desember 2010.  
Badan Standar Nasional Indonesia. (2010). Instrumen Verifikasi SMK Penyelenggara Ujian Praktik Kejuruan No. 1023-P3-10/11.  
Badan Standarisasi Nasional. (2004). Standar Nasional Indonesia Pengukuran Intensitas Penerangan Di Tempat Kerja No. SNI 16-7062-2004. 
Daryani. (2008). Manfaat Komputer Dalam Pembelajaran. Diambil pada tanggal 05 Desember 2010, 07:14 WIB, yang diakses dari  http://daryanis8.wordpress.com/2008/12/22/makalah-manfaat-komputer- dalam-pembelajaran/.
Eln dan Made. (2009). Kompetensi SMK. Diakses pada 21 Oktober 2009, http://kompas.com/.
Suparman. (2009). Diakses pada 21 Oktober 2010 dari http//www.kompas.com   

Penelitian Kuantitatif


PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP KEBAHAGIAAN




 Di Susun Oleh:
Siti Husnul Khotimah (11140043)

ISLAMIC BANKING SCHOOL
SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM
YOGYAKARTA
2013



    A. Latar Belakang Masalah
Manusia selain sebagai makhluk beragama yang membutuhkan agama untuk membentengi dirinya dari perbuatan-perbuatan negatif juga sebagai mahluk sosial yang memiliki kecenderungan untuk berkumpul, bergaul dan berinteraksi serta membutuhkan orang lain dalam hidupnya pemenuhan kebutuhan akan agama dan hubungan sosial yang positif akan mengakibatkan kepuasan psikologis yaitu kebahagiaan.
Kebahagiaan adalah tujuan dan dambaan setiap manusia, untuk mencapainya tidak mudah. Salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan hubungan horizontal yang baik dengan seama (hablum minannas) serta hubungan vertikal yang baik dengan tuhan (hablum minnallah). Tapi di satu sisi hubungan sosialnya dengan sesama baik tapi belum tentu hubungan dengan tuhan baik pula.
Adanya semangat hidup dan sikap menerima segala kekurangan dalam hidup dan di dalam dirinya untuk menjalani kehidupan untuk membuat seorang menjadi merasa bahagia, salah satu faktor kebahagiaan adalah religius. Kebahagiaan dapat diartikan sebagai bentuk kesenangan dan ketentraman hidup (lahir batin), keberuntungan, dan kemujuran yang bersifat lahir batin.
Sedangkan  religiusitas adalah kualitas motifasi individu untuk menjadi religius dan konsekuensi-konsekuensi religiusitas dalam aspek-aspek kehidupannya. Kata religius dalam hal ini adalah suatu sistem kepercayaan yang menghubungkan individu dengan satu keberadaan yang terbentuk dari relasi antara manusia dan kekuatan supra empiris yaitu Tuhan Yang Maha Esa, yang berarti keyakinan terhadap adanya tuhan yang diwujudkan dengan mematuhi perintah dan menjauhi larangan dengan keiklasan hati dan dengan seluruh jiwa dan raga.

B.     Identifikasi Masalah
Berikut adalah faktor – faktor yang mempengaruhi kebahagiaan seseorang, (Seligman (2005), yaitu:
1.      Kehidupan Sosial
Orang yang sangat bahagia menjalani kehidupan sosial yang kaya dan memuaskan, paling sedikit menghabiskan waktu sendirian dan mayoritas dari mereka bersosialisasi.
2.      Agama atau Religiusitas
Orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan  daripada orang yang tidak religious. Hal ini dikarenakan agama memberikan harapan akan masa depan dan menciptakan makna dalam hidup bagi manusia. Selain itu, keterlibatan seseorang dalam kegiatan keagamaan atau komunitas agama dapat memberikan dukungan sosial bagi orang tersebut (Carr, 2004). Hubungan antara harapan akan masa depan dan keyakinan beragama merupakan landasan mengapa keimanan sangat efektif melawan keputusasaan dan meningkatkan kebahagiaan (Seligman, 2005).
3.      Pernikahan
Seligman (2005) mengatakan bahwa pernikahan sangat erat hubungannya dengan kebahagiaan. Menurut Carr (2004), ada dua penjelasan mengenai hubungan kebahagiaan dan pernikahan yaitu, orang yang bahagia lebih atraktif sebagai pasangan daripada orang yang tidak bahagia. Penjelasan kedua yaitu pernikahan memberikan banyak keuntungan yang dapat membahagiakan seseorang, diantaranya keintiman psikologis dan fisik, memiliki anak, membangun keluarga, menjalankan peran sebagai pasangan dan orang tua, menguatkan identitas dan menciptakan keturunan (Carr, 2004). Kebahagiaan orang yang menikah mempengaruhi panjang usia dan besar penghasilan dan hal ini berlaku bagi pria dan wanita (Seligman, 2005).
4.      Uang
Seligman menjelaskan bahwa di Negara yang sangat miskin, kaya bisa berarti lebih bahagia. Namun di Negara yang lebih makmur dimana hampir semua orang memperoleh kebutuhan dasar, peningkatan kekayaan tidak begitu berdampak pada kebahagiaan.

C.    Batasan Masalah
Dari identifikasi yang telah dipaparkan di atas telah terungkap beberapa faktor yang mempengaruhi kebahagiaan. Mengingat masalah yang ada pada identifikasi masalah dan agar pembahasan dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan lebih fokus, maka penyusun berkonsentrasi pengaruh religiusitas terhadap kebahagiaan.

D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh religiusitas terhadap kebahagiaan?

E.   Tujuan Penelitian
Berdasarkan penjelasan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh religiusitas terhadap kebahagiaan.

F.     Kontribusi hasil penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1.    Penyusun
Penyusun mendapatkan tambahan pengetahuan tentang pengaruh religiusitas terhadap kebahagiaan.
2.             Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat menjadi laporan empiris dan media sosialisasi bagi masyarakat yang reigiusitas terhadap kebahagiaan.

G.    Kajian Pustaka
1.      Religiusitas
a.       Definisi religiusitas
Harun nasution (dalam Jalaluddin, 2004) membedakan pengertian agama berdasarkan asal kata, yaitu al-din, religi (relegere, religare) dan agama. Al-din berarti undang-undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa Arab, kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, dan kebiasaan. Sedangkan dari kata religi (latin) atau relegere berarti mengumpulkan atau membaca. Kemudian religare  berarti mengikat. Adapun kata agama terdiri dari a= tidak ; gam = pergi, mengandung arti tidak pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun temurun.
Kausar suhail at all. (2004) menyatakan bahwa agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan yang dimaksud berasal dari salah satu kekuatan yang lebih tinggi daripada manusia sebagai kekuatan gaib yang tidak dapat ditangkap dengan panca indera, namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari.
Dariyo, Agus, (2004) agama sangat mendorong pemeluknya untuk berperilaku baik dan bertanggung jawab atas segala perbuatannya serta giat berusaha untuk memperbaiki diri agar menjadi lebih baik. Berdasarkan pada istilah agama dan religi muncul istilah religiusitas. Dalam psikologi konsep ini sering disebut sebagai religiusitas. Hal ini perlu dibedakan dari agama, karena konotasi agama biasanya mengacu pada kelembagaan yang bergerak dalam aspek-aspek yuridis, aturan dan hukuman sedangkan religiusitas lebih pada aspek ‘lubuk hati’ dan personalisasi dari kelembagaan tersebut (Shadily, 1989).
 Mangunwijaya (1982) juga membedakan istilah religi atau agama dengan istilah religiusitas. Agama menunjuk aspek formal yang berkaitan dengan     aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban sedangkan religiusitas mengacu pada aspek religi yang dihayati oleh individu di dalam hati. 
Pengertian religiusitas berdasarkan dimensi-dimensi yang dikemukan oleh Glock dan Stark (dalam Ancok, 2005) adalah seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa tekun pelaksanaan ibadah dan seberapa dalam penghayatan agama yang dianut seseorang.
Berdasarkan beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa religiusitas merupakan suatu keyakinan dan penghayatan akan ajaran agama yang mengarahkan perilaku seseorang sesuai dengan ajaran yang dianutnya.

b.      Dimensi-dimensi religiusitas
Menurut Glock dan Stark (dalam Ancok, 2005), ada 5 dimensi religiusitas (keagamaan) yaitu :
a.       Dimensi keyakinan / ideologik
Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan dimana orang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin tersebut. Misalnya  keyakinan akan adanya malaikat, surga dan neraka.
b.      Dimensi praktik agama / peribadatan
Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, pelaksanaan ritus formal keagamaan, ketaan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktik-praktik keagamaan ini terdiri atas dua kelas penting, yaitu :
1)      Ritual, mengacu kepada seperangkat ritus, tindakan keagamaan formal dan praktik-praktik suci yang semua mengharapkan para pemeluk melaksanakannya.
2)      Ketaatan, apabila aspek ritual dari komitmen sangat formal dan khas publik, semua agama yang dikenal juga mempunyai seperangkat tindakan persembahan dan kontemplasi personal yang relatif spontan, informal dan khas pribadi.
c.       Dimensi pengalaman
Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan, persepsi dan sensasi yang dialami seseorang atau didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan (atau masyarakat) yang melihat komunikasi, walaupun kecil, dalam suatu esensi ketuhanan yaitu dengan Tuhan, kenyataan terakhir, dengan otoritas transedental.

d.      Dimensi Pengetahuan Agama
Dimensi ini mengacu pada harapan bagi orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi.
e.       Dimensi Konsekuensi
ssDimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan  keagamaan, praktik, pengalaman dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Dengan kata lain, sejauh mana implikasi ajaran agama mempengaruhi perilakunya.

2.      Kebahagiaan
a.       Definisi Kebahagiaan
Aristoteles (dalam Adler, 2003) menyatakan bahwa happiness atau kebahagiaan berasal dari kata “happy” atau bahagia yang berarti  feeling good, having fun, having a good time, atau sesuatu yang membuat pengalaman yang menyenangkan. Sedangkan orang yang bahagia menurut Aristoteles (dalam Rusydi, 2007) adalah orang yang mempunyai good birth, good health, good look, good luck, good reputation, good friends, good money and goodness. 
Kebahagiaan merupakan sebongkahan perasaan yang dapat dirasakan berupa perasaan senang, tentram, dan memiliki kedamaian (Rusydi, 2007).
Sedangkan happiness atau kebahagiaan menurut Biswas, Diener & Dean (2007) merupakan kualitas dari keseluruhan hidup manusia – apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti kesehatan yang lebih baik, kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang lebih tinggi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah perasaan positif yang berasal dari kualitas keseluruhan hidup manusia yang ditandai dengan  adanya kesenangan yang dirasakan oleh seorang individu ketika melakukan sesuatu hal yang disenangi di dalam hidupnya dengan tidak adanya perasaan menderita.  

b.      Aspek-Aspek Kebahagiaan
Andrew dan McKennel (dalam Carr, 2004) membagi aspek kebahagiaan menjadi dua hal, yaitu:
1)      Aspek afektif yaitu menggambarkan pengalaman emosi dari kesenangan,       kegembiraan, dan emosi positif lain.
2)      Aspek kognitif yaitu kepuasan dengan variasi domain kehidupan. Aspek di atas didukung oleh Suh dkk, 1997 (dalam carr, 2004) yang menyatakan bahwa kegembiraan merupakan aspek afektif dan kepuasan merupakan aspek kognitif. Kemudian Suh menambahkan bahwa aspek afektif tersebut terbagi menjadi dua komponen yang saling bebas yaitu afek positif dan afek negatif.
Selanjutnya evaluasi kognitif yang saling tergantung pada kepuasan dalam variasi domain seperti keluarga atau aturan kerja dan pengalaman-pengalaman kepuasan lainnya.         


c.       Karakteristik Orang yang Bahagia
Setiap orang bisa sampai kepada kebahagiaan akan tetapi tidak semua orang bisa memiliki kebahagiaan. Menurut David G. Myers, seorang psikolog yang mengadakan penelitian tentang solusi mencari kebahagiaan bagi manusia modern, ada empat karakteristik yang selalu ada pada orang yang memiliki kebahagiaan dalam hidupnya, yaitu :
1)      Menghargai diri sendiri
Orang yang bahagia cenderung menyukai dirinya sendiri. Mereka cenderung setuju dengan pernyataan seperti “Saya adalah orang yang menyenangkan”. Jadi, pada umumnya orang yang bahagia adalah orang yang memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi untuk menyetujui pernyataan seperti diatas.
2)      Optimis
Ada dua dimensi untuk menilai apakah seseorang termasuk optimis atau pesimis, yaitu dimensi permanen (menentukan berapa lama seseorang menyerah) dan dimensi pervasif (menentukan apakah ketidakberdayaan melebar ke banyak situasi). Orang yang optimis percaya bahwa peristiwa baik memiliki penyebab permanen dan peristiwa buruk bersifat sementara sehingga mereka berusaha untuk lebih keras pada setiap kesempatan agar ia dapat mengalami peristiwa baik lagi (Seligman, 2005). Sedangkan orang yang pesimis menyerah di segala aspek ketika mengalami peristiwa buruk di area tertentu.
3)      Terbuka
Orang yang bahagia biasanya lebih terbuka terhadap orang lain serta membantu oranglain yang membutuhkan bantuannya. Penelitian menunjukkan bahwa orang – orang yang tergolong sebagai orang extrovert dan mudah bersosialisasi dengan orang lain ternyata memiliki kebahagiaan yang lebih besar.
4)      Mampu mengendalikan diri
Orang yang bahagia pada umumnya merasa memiliki kontrol pada hidupnya. Mereka merasa memiliki kekuatan atau kelebihan sehingga biasanya mereka berhasil lebih baik di sekolah atau pekerjaan. Sehingga kunci utama untuk dapat mewujudkan kebahagiaan adalah merasa bahagia yang ditandai dengan keempat karakteristik diatas. 







DAFTAR PUSTAKA
Biswas, Diener & Dean. 2008. Subjective well-being: the science of happiness and life satisfaction. Handbook of positive psychology. NC: Oxford university press.
Dariyo, Agus, 2004. Psikologi Perkembangan Remaja, Bogor : Ghalia Indonesia.
Kausar suhail at all. 2004. Predictors of subjective well-being in and eastern muslim culture. Journal of social and clinical psychology: vol 23, no 3, pp 359-376